Cakwe Berbau Pesing?

Anda tahu cakwe? Makanan ringan yang banyak dijajakan pada sore hingga malam, biasanya sering dijumpai di depan minimarket.

Saya punya sedikit pengalaman mengenai cakwe ini. Ketika itu saya dalam perjalanan pulang kerumah. Jalanan macet sekali, waktu berasa lambat dan perut mulai teriak minta diisi. Saat itu saya melihat gerobak cakwe di depan minimarket. Maka saya belilah cakwe tersebut.



Gigitan pertama berasa nikmat. Saat ingin mencoba gigitan kedua, tercium bau pesing(saat itu saya sedang menggendong anak saya, saya pikir diapers anak saya sudah penuh. Ternya sumbrr bau pesing bukan berasal dari diapers anak saya ). Saya cari-cari sumber baunya, ternyata dari cakwe yang saya makan. (Kok bisa bau pesing?)

Teringat akan perkataan rekan saya dulu bahwa cakwe dibuat dengan pencampuran amoniak. (Tuing tuing tuing). Baru kali ini saya menemukan cakwe aroma amoniak. Seketika itu juga saya berhenti makan cakwenya.

Penggunaan amoniak pada adonan cakwe bertujuan supaya cakwe dapat mengembang besar ketika digoreng. Amoniak berubah menjadi gas pada temperatur tinggi. Penggunaannya pada makanan cukup aman jika kadarnya sedikit/kecil. Amoniak yang digunakan untuk makanan juga berbeda dengan amoniak yang dijual di toko kimia. Amoniak yang digunakan adalah amoniak yang food grade.

Batas aman yang boleh dikonsumsi/terhirup adalah 25 ppm. 25 ppm artinya maksimal amonia dalam 1 kg adonan hanya diperbolehkan 25mg. Sedikit sekali bukan??

Saya mengira cakwe yang saya beli tadi terlalu banyak tambahan bubuk amoniaknya. Sehingga masih ada sisa amonia dalam adonan yang tidak menguap. Lalu apa dampaknya bila terlalu banyak amoniak yang masuk ke dalam tubuh?

Efek jangka pendek adalah iritasi terhadap saluran pernapasan, hidung dan tenggorokan, paru-paru dan bronkitis. Kontak dengan mata dapat menimbulkan iritasi hingga kebutaan total.

Jadi, mulai sekarang saya berpikir ulang jika ingin membeli cakwe.

Posted in: Kimia Sehari-hari